Candi di Jawa Timur
Di Jawa Timur, beragam candi
tersebar di berbagai kota dimana setiap candi memiliki ciri khas tersendiri
sesuai dengan pengaruh kerajaan yang berkuasa di masa lalu. Berikut ini beragam
candi yang berada di Jawa Timur:
1. Candi Singhasari

Candi yang sering disebut
sebagai Candi Cungkup (Menara) ini memiliki model bangunan dan arca di
sekitarnya yang terbilang unik daripada candi lain. Dari tanah, candi ditopang
oleh susunan bata membentuk tangga tanpa pipi tangga yang agak pendek sesuai
dengan ukuran batur atau teras candi. Tepat di bagian tengah, ruang utama yang
lebih menjorok ke depan yang juga kaki candi terlihat tanpa ukiran relief
khusus maupun hiasan makara melainkan hanya pahatan kepala Kala di atasnya.
Terdapat pula empat ruangan yang mengelilingi berisi relung arca Syiwa namun
saat ini sudah dipindahkan. Sementara atap candi atau meru semakin ke atas
semakin mengecil dan terlihat rapuh. Candi Singosari juga dekat dengan arca
raksasa yang terletak dekat di luar bangunan, yakni penjaga gerbang dalam
ajaran Syiwa yang disebut Dwarapala. Sosok penjaga gerbang istana Kerajaan
Singosari ini menjadi yang terbesar di Pulau Jawa.
Adapun pola pemahatan salah satu candi di Malang ini berawal dari menumpuk batuan andesit sampai
agak tinggi supaya bisa diukir dari atas ke bawah. Pembangunan candi ini
dilakukan pada lokasi strategis yang berada pada pusat Kerajaan Singosari. Hal
ini diprediksi dari alun-alun yang ditemukan dekat dengan lokasi Dwarapala.
Sekitar tahun 1930-an, pemugaran lanjutan Candi Singhasari juga pernah
dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda namun tidak selesai sepenuhnya.
Campur tangan pihak kolonial ini dapat dibuktikan pada ukiran relief pada kaki
candi serta pemindahan beberapa arca Syiwa yang sempat tergeletak di relung
arca ke museum di Belanda.
2. Candi Penataran

Hal ini didukung oleh aktivitas Raja Majapahit yang
paling termasyhur yakni Hayam Wuruk yang masih memuja gunung di area candi.
Kompleks candi peninggalan
Kerajaan Kediri ini memiliki
beragam candi yang tersusun kurang beraturan dengan ukiran relief yang indah
dan banyak jenisnya. Candi bercorak hindu ini memiliki pintu gerbang yang lebih
jelas terlihat daripada Candi Singosari yang juga dijaga oleh Dwarapala. Untuk
menuju area paling depan berupa pelataran, terdapat tangga dari susunan bata
merah yang harus dilewati.
Bangunan peninggalan yang
masih sedikit tersisa di halaman depan ialah Bale Agung sebagai tempat
bermusyawarah pemuka agama, Pendopo Teras atau Batur sebagai tempat meletakkan
persembahan upacara, dan bangunan lain seperti Candi Candrasengkala atau Angka
Tahun. Pada area yang lebih tengah, Anda dapat menemukan Candi Naga dimana
tubuh candinya dililit naga. Lalu pada area yang lebih jauh lagi terdapat candi
utama yang terukir relief kisah Ramayana pada dinding candi. Tidak jauh dari
candi utama, Anda juga dapat melihat Prasasti Palah yang menjelaskan ritual
raja untuk upacara keagamaan di Candi Palah, nama asli Candi Penataran.
3. Candi Badut

Candi Badut memiliki batur
atau pelataran candi yang memuat ukiran aksara Jawa dengan tangga candi berupa
bata besar yang disusun dengan sederhana. Relief burung berkepala manusia,
bunga, dan peniup seruling pada dinding candi menjadi ciri khas Candi Badut.
Dilihat secara umum, Candi Badut agak sedikit berbeda dibandingkan candi lain
di Jawa Timur. Hal ini dapat dilihat dari tubuh candi yang tambun serta adanya
pahatan kepala yang disebut Kalamakara yang tidak memiliki rahang bawah seperti
model candi dari Jawa Tengah. Bentuk Candi Badut yang agak simetris juga bukan
ciri khas candi Jawa Timur yang biasanya tidak beraturan.
4. Candi Tikus

Bangunan candi di
Mojokerto ini terdiri atas bata
merah sebagai pondasi dasar yang dilanjutkan dengan batu andesit yang
menampakkan bangunan modern di atasnya dan menciptakan kolam air di dalamnya. Kolam
air ini tersusun seperti selasar menyerupai tangga menurun yang membuat luas
kolam semakin mengecil. Tidak hanya itu, tepat di tengah kolam air terdapat
bangunan candi utama yang letaknya lebih rendah. Bangunan di tengah kolam yang
berdasar bujur sangkar ini terdiri atas sebuah candi di pusat beratap meru yang
datar dan delapan candi serupa yang mengelilinginya.
5. Candi Jago

Candi Jago memiliki relief
tentang cerita seperti Pancatatra dan Kunjakarana dengan batu andesit sebagai
bahan tubuh candi bercorak Hindu (Syiwa) dan Buddha ini. Bangunan candi terdiri
atas batur atau teras yang cukup tinggi seperti khas bagunan megalitikum dengan
punden berundak. Yang mencolok dari bangunan ini adalah atap dan sebagian tubuh
candi yang telah terkikis namun pada kaki candi masih terlihat relief sangat
rapi yang mengukir cerita dan fabel untuk dibaca dengan urutan memutari candi
searah jarum jam.
6. Candi Jawi
Candi Jawi terletak di Kota
Pasuruan dan dibangun atas titah Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari
sebagai tempat ibadah bagi penganut Syiwa (Hindu) -Buddha. Namun arah pintu
candi yang tidak menghadap gunung sebagai tempat pemujaan diragukan atau
mungkin karena mendapat pengaruh ajaran Buddha. Sementara area candi cukup luas
dengan tubuh ramping yang menjulang hingga puncak runcingnya yang terdiri atas
kombinasi stupa dan kubus bersusun. Mirip dengan arsitektur candi di Jawa
Tengah, Candi Jawi memuat relief tentang pertapa wanita di bagian kaki dan Dewa
Surya di bagian dalam. Sementara relief lain di bagian luar candi belum bisa
terbaca hingga saat ini.
7. Candi Bajang Ratu
Candi Bajang Ratu terletak dekat dengan Candi Tikus di
Kabupaten Mojokerto. Candi peninggalan Kerajaan Majapahit ini dibangun
bertujuan untuk memperingati kematian Raja Jayanegara yang memiliki julukan
Bajang Ratu atau raja muda. Menurut sejarah Candi
Bajang Ratu, candi ini dibangun
menyerupai gapura sekaligus sebagai salah satu pintu masuk istana Majapahit.
Pada bagian bingkai ‘pintu’ terdapat relief cerita Ramayana dan pada ukiran
kepala Kala atau pahatan di bagian atas pintu candi terukir relief singa.
Hiasan singa juga menjadi pengapit anak tangga pada bagian tengah candi yang
terbuat dari bata merah ini. Sementara atap meru candi memiliki ukiran
matahari, sang simbol Kerajaan Majapahit.
8. Candi Kidal

Candi beratap tiga lapis
persegi yang makin ke atas makin mengecil ini memiliki ukiran bermotif medalion
serta hiasan bunga dan tanaman sulur pada kakinya. Namun ciri khas candi ini
terdapat pada relief Garudheya yaitu 3 garuda yang masing-masing bersama 3
ular, menopang kendi, dan menggendong wanita yang melambangkan keinginan
Anusapati untuk upacara pembebasan dan penyucian dosa Ken Dedes.
9. Candi Bangkal
Berada di Desa Bangkal, Kabupaten Mojokerto, Candi
Bangkal termasuk dalam peninggalan
Kerajaan Majapahit. Candi yang memiliki
altar sebagai tempat pemujaan dan batur yang tergabung dengan tangga pada kaki
candi ini terbuat dari bata merah dan batu andesit. Relief candi terdiri atas
karakter berkuda yang membawa pedang dimana terukir dalam bingkai sinar dan
relief lain berupa motif seperti salib Portugis, tanaman jenis sulur, dan
kerang.
10. Candi Brahu

Tubuh candi brahu berbentuk ramping di tengah menyerupai
pinggang dan memiliki beragam tekukan sudut yang tumpul. Reliefnya juga
merupakan perpaduan Hindu dan Buddha yang juga masih digunakan ketika Kerajaan
Majapahit telah berkuasa. Menurut sejarah Candi
Brahu, proses pembangunannya menganut
susunan bebatuan beratap datar tidak seperti candi lain yang masih sekota
dengan atap prisma atau susunan segi empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar